Menurut Larry S.Bourne: Internal
Structure Of City,1982 mendefinisan Urban form atau bentuk kota adalah pola
ruang atau tatanan dari setiap unsur yang berada dalam area perkotaan,baik
bangunan maupun guna lahan ( secara kolektif membentuk lingkungan terbangun)
termasuk juga tatanan kelompok-kelompok social,kegiatan ekonomi dan institusi
public.
A.Bentuk – Bentuk Kota
1.Orthogonal Gridiron
Merupakan penyebaran dari
pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan
mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang
daerahnya datar. Contoh : Los Angeles, Tokyo
2.Spider Web
Merupakan salah satu bentuk kota
yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala
kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. Contoh : Dallas
3.The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)
Kota
berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala
arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu
berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan
terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang bersangkutan
(Nelson, 1908).
4.Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk
Gurita/Bintang)
Dasar dari
bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe
dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada
bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam “ribbon-shaped city”. Hanya
saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi
beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinter land”
dan pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap
perkembangan areal kekotaannya.
5.The Rectangular Cities (Bentuk Empat
Persegi Panjang)
Melihat
bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar
daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena adanya
hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu
sisi-sisinya, (Nelson, 1958).
6.Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk
Satelit dan Pusat-Pusat Baru)
Pengembangan
kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit
yang sangat besar ke kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang
ada di kota-kota satelit sehingga memperluas “working opportunities” nya.
Contoh : Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila,
Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa “concentric development” mendominasi
perkembangan areal kekotaannya pada “main urban center” maupun pada kota-kota
satelitnya.
7.Linier
Perkembangan yang diatur sepanjang
‘Coridor’, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk ‘star’. Contoh
: Madrid
8.Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin)
Dalam
bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang
disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah wilayah tetap
dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat
mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada “ring
cities” adalah “Randstad Holland” di Negeri Belanda, yang menghubungkan
pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa
kota-kota kecil lainnya.
9.Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas)
Bentuk
semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke
arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang
relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat
beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi
2, yaitu :
- Hambatan-hambatan
alami (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.
- Hambatan-hambatan
artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.
Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan “green belt
zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan demikian terciptalah
bentuk bulat arcificial.
10.Polycentred
Bermacam penyebaran kota secara
teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan
ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit.
11.Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)
Sebenarnya
bentuk ini juga mirip “regtangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh
lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi
tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya
peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam
mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal
ke samping
12.Stellar Cities (Bentuk Stellar)
Kondisi
morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang
dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan
antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga
kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”, dimana pada
ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan
telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini.
Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.
13.Walled City
Walled
City terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik
topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.
14.Concellation City
Pertumbuhan
kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur
transportasi jalan dari pusat ke wilayah-wilayah masing-masing.
Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan kota adalah bentuk dan pola kota. Pola suatu kota
tersebut dapat menggambarkan arah perkembangan dan bentuk fisik kota. Ekspresi
keruangan morfologi kota secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk
kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14).
1.
Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
a. Bujur sangkar (the square cities)
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu
yang murni dan rasionil, merupakan bentuk yang statis, netral dan tidak
mempunyai arah tertentu. Bentuk bujur sangkar merupakan bentuk kota yang
bercirikan dengan pertumbuhan di sisi-sisi jalur transportasi dan mempunyai
kesempatan perluasan ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal
relatif yang tidak begitu berarti. Hanya saja adanya jalur transportasi pada
sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan area kota pada arah
jalur yang bersangkutan.
b. Kipas (fan
shaped cities)
Bentuknya sebagian lingkaran, arah ke
luar kota mempunyai perkembangan yang relatif seimbang.
c. Empat persegi panjang (the rectangular cities)
Merupakan bentuk kota yang
pertumbuhannya memanjang sedikit lebih besar daripada melebar, hal ini
dimungkinkan karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan area
kota pada salah satu sisinya.
d. Pita (ribbon
shaped cities)
Merupakan bentuk
kota dengan peran jalur transportasi yang dominan, terbentuk pola kota yang
memanjang.
e. Bulat (rounded
cities)
Merupakan bentuk kota
yang paling ideal, karena jarak dari pusat kota keluar kota hampir sama. Selain
itu perkembangan pembangunan keluar kota terjadi secara cepat.
f. Gurita/bintang (octopus shaped cities)
Merupakan bentuk kota yang jalur
transportasinya mirip seperti ribbon shaped city, hanya saja pada bentuk gurita
jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi keberbagai arah keluar
kota.
g. Tidak berpola (Unpattern cities)
Kota dengan pola demikian merupakan
kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis yang khusus,
yaitu daerah dimana kota tersebut telah menciptakan latar belakang khusus
dengan kendala-kendala pertumbuhan sendiri.
2.Bentuk tidak kompak
mempunyai empat macam bentuk, yaitu:
a. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi
hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah merupakan mata
rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi, sehingga peran jalur
transportasi sangat dominan.
b.Terpecah (fragment cities).
Merupakan bentuk kota dimana perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan
induk, tetapi cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah permukiman
yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).
c. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun
terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian yang
terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
d.Satelit (stellar cities).
Merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi dan komunikasi
yang akhirnya tercipta bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota
besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala
penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya,
sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”.
B.Pola Kota
Pola suatu kota
sangat berpengaruh dalam perkembangan fisik kota. Terdapat lima jenis pola kota
antara lain:
1.Pola Kota Radio konsentris (Ring
Radial). Bentuk kota ini memiliki pusat di tengah kota dengan tujuan agar dapat melayani daerah
sekitarnya dari segala arah. Pola ini biasanya
diterapkan pada kota-kota kerajaan.
2.Pola Kota Linier. Ciri-ciri dari pola ini antara lain: pusat tidak
jelas, tumbuh di sekitar jaringan jalan yang ada dan biasanya terdapat di
kota-kota pantai.
3.Pola Kota Grid (Rectalinier). Ciri-ciri dari penggunanan pola ini
antara lain: pusat kota biasanya terdapat disembarang tempat, tidak memiliki
jenjang, penggunaan tanah efisien dan optimal, banyak jalan dan persimpangan.
4.Pola Satelit. Merupakan kota-kota kecil yang masih tergantung
pada kota induknya. Fungsi kota ini
sebagai: kota tidur (dormitory city), kota kampus dan
kota hiburan (entertaint city)
5.Pola Kota Constalation. Kota ini merupakan kota-kota kecil yang
tidak memiliki kota induk. Bentuk kota ini ditentukan oleh struktur kota itu
sendiri ditentukan oleh elemen-elemen kota dan zoning.
Referensi:
http://imazu.wordpress.com/tag/zoning-regulation
http://nudwi.wordpress.com/2011/10/11/struktur-dan-bentuk-kota