Selasa, 26 November 2013

My Opinion

Assalamu Alaikum Wr.Wb

Setelah nonton film bencana tsunami Di Aceh.Sungguh miris hati ini ketika melihat musibah yang menimpah saudara-saudara kita yang seiman maupun yang tidak seiman mengalami bencana alam yang dahsyat itu, pohon-pohon yang sebagai peneduh malah menjadi pembunuh ketika ombak besar menghanyutkan pohon pohon tersebut, tidak hanya pohon yang tersapu oleh ombak bahkan material-material bangunan yg kokoh juga tersapu ombak dan menimpah bangunan lain yang mengakibatkan banyak nyawa melayang.

Ketika ombak tersebut menyapu semua yang dilewatinya, tidak kenal manusia, pepohonan , kendaraan bahkan bangunan dan gedung-gedung pun di hanyutkannya, sungguh pedih hati ini menyaksikannya, betapa sedihnya orang-orang yang mengalami musibah tersebut, mereka kehilangan harta benda, tempat tinggal, kerabat-kerabat mereka dan bahkan kehilangan orang-orang yang dia cintai, air mata yang tak terbendung meluap dan membasahi wajah mereka yang menagis karna kehilangan orang-orang yang mereka cintai dan sekaligus merasa bersyukur karna masi bisa selamat dari musibah tersebut.

Bisa kita lihat pada saat setelah musibah tersebut berakhir, banyak saudara-saudara kita yang kita dapatkan sudah terbujur kaku akibat musibah tersebut, diantara saudara-saudara kita yang terbaring kaku tersebut ada yang tergeletak dijalan, ada yang tersangkut di batang-batang pohon yang hanyut, ada yang di atas atap rumah ada yang didalam kendaraan, dan bahkan ada yang tanpa pakaian terbaring kaku.

Tidak mengenal balita, anak-anak, orang dewasa, orang tua, lansia, orang sehat, orang sakit, laki-laki, perempuan, warga indonesia, warga negara asing banyak yang kehilangan nyawa akibat musibah tersebut, sedikitnya 170.000 nyawa melayang, banyak orang yang kehilangan tempat tinggalnya, banyak anak menjadi menjadi yatim, menjadi piatu, bahkan banyak pula anak yang menjadi yatim piati akibat musibah tersebut.

Tsunami banyak merenggut nyawa orang dan meninggalkan luka yang dalam bagi saudara-saudara kita yang mengalaminya maupun orang-orang yang kehilangan sanak saudara mereka akibat musibah tersebut, sungguh besar kekuasaan Allah SWT karna diantara ribuan bangunan yang terhempas akibat Tsunami ada sebuah MESJID yang tetap berdiri kokoh walaupun terkena hempasan ombak Tsunami, mesjid tersebut banyak menyelamatkan nyawa manusia yang menjadikannya tempat evakuasi sesaat terjadinya musibah tersebut,.

Kota yang dipenuhi bangunan-bangunan kini tinggal reruntuhannya saja, pasar yang dipenuhi kios-kios kini di penuhi sisa-sisa reruntuhan bangunan dan batang-batang pohon, jalan yang beraspal kini diselimuti lumpur tanah bahkan mayat-mayat, tepi-tepi jalan  yang dulunya di peruntukkan sebagai tempat parkir mobil sekarang yang terparkir kapal-kapal nelayan yang tersapu ombak, kapal-kapal menggantikan atap sebagai penutup bangunan, sungguh dahsyatnya bencana yang menimpa aceh, kita patut bersyukur karna kita tidak mengalami apa yang dialami saudara-saudara kita disana, dan kita patut untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah tersebut.

Sehingga seorang Arsitek dalam merancang kota harus memikirkan potensi bencana alam, non alam maupun sosial dikawasan tersebut,Dan menyediakan gedung evakuasi ketika terjadi suatu bencana,seperti tsunami atau gempa.Kemudian dalam  membangun bangunan harus menggunakan struktur bangunan yang tahan gempa.

Mengapa arsitek harus mempertimbangkan bencana dalam merancang kota? Agar  pada saat perancangan kita bisa pertimbangkan desain,bentuk kota,pola kota dan tata ruangnya dan sirkulasi apabila terjadi bencana sudah ada penanganan terlebih dahulu.



Sekian dan Terima kasih…. 

SIKLUS MANAJEMEN BENCANA


Siklus manajemen bencana yang terdiri komponen (mitigation),kesiapsiagaan (preparedness), respon (respon/tanggap darurat), recovery (pemulihan ) yang  perlu dilakukan secara utuh.Untuk  lebih jelas akan dibahas keempat fase siklus manajemen bencana  tersebut sebagai  berikut:

·         Fase pertama,mitigasi : upaya untuk memperkecil dampak dari bencana,meningkatkan kesepsiagaan masyarakat.
Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim dilakukan yaitu mitigasi structural dan mitigasi non structural.
1.      Mitigasi structural merupakan upaya PRB dengan cara membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur,seperti pembangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan pembuatan kanal banjir,drainase, dan terasering.
2.      Mitigasi non structural adalah PRB dengan cara merubah pikiran manusia atau proses alamiah,seperti penyusunan kebijakan, peraturan perundang-undangan,PRB,pendidikan dan penyadaran masyarakat,modifikasi non-struktural,perubahan perilaku masyarakat.

·         Fase kedua, Kesiapsiagaan : Merencanakn bagaimana menanggapi bencana dilakukan dalam fase ini.Hal tersebut meliputi : Merencanakan kesiapsiagaan,penilaian kerentanan, kelembagaan, system informasi, basis sumberdaya, membangun sekolah siaga bencana,memasukkan unsur PRB dalam kurikulum sekolah, system peringatan dini, mekanisme tanggap, pendidikan public dan pelatihan, kesiapan logistic, membuat rencana kontijensi,kemudian diuji coba kesiapsiagaan terhadap bencana.

·         Fase tiga,Respon : Upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana, pencarian dan penyelamatan korban diantaranya : Triage korban bencana dan pemilihan korban,pemeriksaan kesehatan, dan mempersiapkan korban untuk tindakan rujukan. Selain itu juga memfungsikan pos kesehatan lapangan ( rumah sakit lapangan), mendistribusikan logistic ( obat-obatan,gizi,air bersih,sembako ), menyediakan tempat tinggal sementara dan penanganan pos traumatic stress.

·         Fase kempat,Recovery:Tindakan mengembalikan masyarakat kekondisi normal.Peristiwa ini memfokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana,yaitu : rehabilitas dan rekonstruksi.Adapun rehabilitas merupakan upaya untuk membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan umum,perbaikan sarana transportasi,komunikasi,listrik,air bersih,dan sanitasi,dan pelayanan pemulihan kesehatan.Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya jangka menengah danjangka panjang seperti pembangunan kembali sarana dan prasarana,serta pemantapan kemampuan institusi pemerintah,sehingga terjadinya perbaikan fisik,social,dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan komunitas pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.


Referensi :

Rabu, 06 November 2013

Urban Form ( Bentuk Kota )

Menurut Larry S.Bourne: Internal Structure Of City,1982 mendefinisan Urban form atau bentuk kota adalah pola ruang atau tatanan dari setiap unsur yang berada dalam area perkotaan,baik bangunan maupun guna lahan ( secara kolektif membentuk lingkungan terbangun) termasuk juga tatanan kelompok-kelompok social,kegiatan ekonomi dan institusi public.

A.Bentuk – Bentuk Kota

1.Orthogonal Gridiron
Merupakan penyebaran dari pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang daerahnya datar. Contoh : Los Angeles, Tokyo
2.Spider Web
Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. Contoh : Dallas
3.The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)
Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).


 4.Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk Gurita/Bintang)
Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam “ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinter land” dan pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.


 5.The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang)
Melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958).



 6.Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru)
Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota satelit sehingga memperluas “working opportunities” nya. Contoh : Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa “concentric development” mendominasi perkembangan areal kekotaannya pada “main urban center” maupun pada kota-kota satelitnya.



7.Linier
Perkembangan yang diatur sepanjang ‘Coridor’, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk ‘star’. Contoh : Madrid
8.Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin)
Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada “ring cities” adalah “Randstad Holland” di Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.


 9.Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas)
Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
  • Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.
  • Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.
Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan “green belt zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.


10.Polycentred
Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit.
11.Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)
Sebenarnya bentuk ini juga mirip “regtangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping


12.Stellar Cities (Bentuk Stellar)
Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”, dimana pada ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.


13.Walled City
Walled City terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.

14.Concellation City
Pertumbuhan kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan dari pusat ke wilayah-wilayah masing-masing.


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah bentuk dan pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah perkembangan dan bentuk fisik kota. Ekspresi keruangan morfologi kota secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14).

1.   Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
a. Bujur sangkar (the square cities)
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasionil, merupakan bentuk yang statis, netral dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk bujur sangkar merupakan bentuk kota yang bercirikan dengan pertumbuhan di sisi-sisi jalur transportasi dan mempunyai kesempatan perluasan ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal relatif yang tidak begitu berarti. Hanya saja adanya jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan area kota pada arah jalur yang bersangkutan.
b. Kipas (fan shaped cities)
Bentuknya sebagian lingkaran, arah ke luar kota mempunyai perkembangan yang relatif seimbang.
c. Empat persegi panjang (the rectangular cities)
Merupakan bentuk kota yang pertumbuhannya memanjang sedikit lebih besar daripada melebar, hal ini dimungkinkan karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan area kota pada salah satu sisinya.
d. Pita (ribbon shaped cities)
Merupakan bentuk kota dengan peran jalur transportasi yang dominan, terbentuk pola kota yang memanjang.
e. Bulat (rounded cities)
Merupakan bentuk kota yang paling ideal, karena jarak dari pusat kota keluar kota hampir sama. Selain itu perkembangan pembangunan keluar kota terjadi secara cepat.
f. Gurita/bintang (octopus shaped cities)
Merupakan bentuk kota yang jalur transportasinya mirip seperti ribbon shaped city, hanya saja pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi keberbagai arah keluar kota.
g. Tidak berpola (Unpattern cities)
Kota dengan pola demikian merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis yang khusus, yaitu daerah dimana kota tersebut telah menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala pertumbuhan sendiri.

2.Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:
a. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi, sehingga peran jalur transportasi sangat dominan.
b.Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan induk, tetapi cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah permukiman yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).
c. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
d.Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi dan komunikasi yang akhirnya tercipta bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”.

B.Pola Kota
Pola suatu kota sangat berpengaruh dalam perkembangan fisik kota. Terdapat lima jenis pola kota antara lain:
1.Pola Kota Radio konsentris (Ring Radial). Bentuk kota ini memiliki pusat di tengah kota  dengan tujuan agar dapat melayani daerah sekitarnya dari segala arah. Pola ini biasanya
   diterapkan pada kota-kota kerajaan.
2.Pola Kota Linier. Ciri-ciri dari pola ini antara lain: pusat tidak jelas, tumbuh di sekitar jaringan jalan yang ada dan biasanya terdapat di kota-kota pantai.
3.Pola Kota Grid (Rectalinier). Ciri-ciri dari penggunanan pola ini antara lain: pusat kota biasanya terdapat disembarang tempat, tidak memiliki jenjang, penggunaan tanah efisien dan optimal, banyak jalan dan persimpangan.
4.Pola Satelit. Merupakan kota-kota kecil yang masih tergantung pada kota induknya. Fungsi  kota ini sebagai: kota tidur (dormitory city), kota kampus dan kota hiburan (entertaint city)
5.Pola Kota Constalation. Kota ini merupakan kota-kota kecil yang tidak memiliki kota induk. Bentuk kota ini ditentukan oleh struktur kota itu sendiri ditentukan oleh elemen-elemen kota dan zoning.


Referensi:
http://imazu.wordpress.com/tag/zoning-regulation
http://nudwi.wordpress.com/2011/10/11/struktur-dan-bentuk-kota


Rabu, 30 Oktober 2013

TUGAS 3 DAN 4

A. ENERGI DAN TRANSPORTASI KOTA BERKELANJUTAN
 Sebagian dari populasi dunia yang hidup di kota-kota tumbuh hampir 70 persen pada tahun 2050 dan konsumsi energi untuk transportasi di kota-kota diharapkan dua kali lipat, kebutuhan yang efisien,solusi transportasi yang terjangkau ,aman dan berkapasitas tinggi akan menjadi lebih akut.
 Langkah-langkah penting untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi perkotaan yang dibutuhkan tidak hanya untuk alasan keamanan energi , tetapi juga untuk :
1. Mengurangi iklim negatif banyak
2 . Kebisingan
3 . Polusi udara dan
4.Dampak ekonomi kenaikan perkotaan transportasi volume Direktur Eksekutif IEA Maria van der Hoeven.
Tujuan perencanaan kebijakan dan solusi desain perkotaan harus mengurangi kebutuhan untuk gerakan menggunakan mobil pribadi karena dapat menimbulkan kemacetan.Perencanaan dan perancangan bentuk perkotaan untuk mengurangi kebutuhan mobilitas adalah solusi jangka panjang untuk masalah yang dihadapi masyarakat.Ini tergantung pada individu secara bertahap mengubah gaya hidup mereka yang tergantung pada mobil pribadi untuk mobilitas.
Kemudian tiga puluh tahun yang lalu bahwa pembatasan penggunaan mobil pribadi harus dikenakan untuk melindungi lingkungan lokal dari :
- Asap beracun
- Kebisingan dan degradasi visual
 - Untuk mengurangi stres yang ditempatkan pada iklim oleh gas rumah kaca.
 Sistem transportasi dikota ini tidak dapat diselesaikan dengan membangun jalan yang luas karena formula seperti itu tidak akan memecahkan masalah,malah mengakibatkan masalah kemacetan.Sebab orang lebih cenderung menggunakan mobil.
Kebutuhan untuk gerakan kota mengandalkan penggunaan lebih besar transportasi umum,bersepeda,dan berjalan
Delapan tujuan untuk mencapai kebijakan transportasi berkelanjutan ( The Royal Komisi Pencemaran Lingkungan , 1994)
( 1 ) Untuk memastikan bahwa kebijakan transportasi yang efektif di semua tingkat pemerintahan terintegrasi dengan kebijakan penggunaan lahan dan memberikan prioritas kepada meminimalkan kebutuhan untuk transportasi dan meningkatkan proporsi perjalanan dengan lingkungan kurang merusak mode.
( 2 ) Untuk mencapai standar kualitas udara yang akan mencegah kerusakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
( 3 ) Untuk meningkatkan kualitas hidup,terutama di kota-kota,dengan mengurangi dominasi mobil dan truk dan menyediakan sarana alternatif akses.
( 4 ) Untuk meningkatkan proporsi perjalanan pribadi dan angkutan barang dari dengan lingkungan kurang merusak mode dan untuk membuat penggunaan terbaik dari infrastruktur yang ada.
( 5 ) Untuk menghentikan hilangnya lahan untuk mengangkut infrastruktur di daerah konservasi,budaya, pemandangan atau nilai kemudahan,kecuali penggunaan lahan untuk itu tujuan telah terbukti menjadi yang terbaik pilihan lingkungan praktis.
( 6 ) Untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari transportasi.
( 7 ) Untuk mengurangi secara substansial tuntutan yang mengangkut infrastruktur dan tempat industri kendaraan pada bahan tak terbarukan.
( 8 ) Untuk mengurangi gangguan kebisingan dari transportasi.
B. BANGUNAN DAN ENERGI DI KOTA BERKELANJUTAN
Energi dan bangunan 50 % dari konsumsi bahan bakar fosil di dunia secara langsung berkaitan dengan pelayanan dan penggunaan bangunan.
Desain bangunan energi,sensitif harus dimulai dari pemahaman tentang bangunan 'jejak karbon’.Jejak karbon merupakan jumlah keseluruhan karbon dioksida ( CO2 ) dan gas rumah kaca lainnya ( GRK) ​​( misalnya metana , gas tertawa , dll ) yang berhubungan dengan produk, bersama - rantai pasokan dan kadang-kadang termasuk dari penggunaan dan akhir- pemulihan kehidupan dan pembuangan ( Komisi Eropa - Joint Research Centre Institut Lingkungan dan Keberlanjutan).
Komponen jejak karbon di Gedung
1 .Energi dan sumber daya yang dikeluarkan dalam pembuatan dan transportasi bahan, dan energi membangun bangunan.
2 . Jejak energi meluas untuk memasukkan energi yang digunakan dalam mempertahankan dan menjaga pengembangan dan persyaratan layanan.
3 . Energi penghuni mengeluarkan dalam bergerak antara bangunan dan seluruh kota , bersama-sama dengan energi yang dibutuhkan untuk memberi makan penghuni .
4 . Energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan pembangunan dan membersihkannya sekali telah mencapai akhir masa pakainya.
Dalam memilih bahan bangunan pertimbangan pertama adalah jumlah energi yang digunakan dalam pembuatannya.Sebagai panduan kasar, namun, intensitas energi dari bahan bangunan akan bertindak sebagai panduan untuk kehijauan perusahaan ( Vale dan Vale , 1991).
Bahan bangunan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar menurut kandungan energi : rendah, menengah dan tinggi.Kandungan energi bahan ditunjukkan pada Tabel diukur dalam kilowatt - jam per kilogram Kandungan energi bahan.Bobot masing-masing bahan bangunan harus diketahui, jika desainer adalah untuk memperkirakan kandungan energi total selesai Kandungan energi konstruksi bahan ( Vale dan Vale , 1991).
Tabel menunjukkan kandungan energi diperkirakan tiga jenis bangunan , yang muncul untuk menandakan bahwa skala kecil jenis bangunan tradisional dalam negeri yang jauh struktur energy intensive sedikit.Ini mungkin menyiratkan bahwa skala yang lebih tradisional bentuk dibangun lebih tepat untuk kota yang berkelanjutan . Kandungan energi dari bahan bangunan terhubung dengan sifat proses penyempurnaan.Misalnya,kandungan energi bumi,lumpur atau tanah liat adalah nol , sedangkan dalam bentuk dibakar sebagai batu bata angka tersebut 0.4kWh/kg.
Secara umum, bahan - energi rendah cenderung paling mencemari sebagai energi kurang telah digunakan dalam pembuatan batubatamerah.Untuk mencapai struktur yang berkelanjutan , bahan rendah energy harus digunakan dalam preferensi untuk orang-orang dari kandungan energi tinggi.
Pertimbangan lain dalam pemilihan bahan bangunan hijau adalah energi yang dikeluarkan dalam transportasi sedikit dan menggunakan bahan bangunan lokal kemudian bangunan harus terletak pada rute angkutan umum dan memiliki hubungan dekat dengan bagian lain dari struktur perkotaan untuk mengurangi komunitas mobiL.


Rabu, 23 Oktober 2013

Sustainable city 1 dan 2

Menurut Doni J.Widiantono (2008)  kota berkelenjutan merupakan pengembangan kota berkelanjutan mengedepankan keseimbangan antara ekonomi,sosial-budaya dan lingkungan hidup.
Menurut Cliff Moughtin with Shirley (2005) Urban form adalah suatu hubungan yang kuat antara bentuk perkotaan kelestarian lingkungan,sosial,dan ekonomi.atau desain kota dan layout kota.
Bentuk rancang kota berkelanjutan dipengaruhi terhadap :
1.Kelestarian lingkungan
2.Transportasi
3.Manfaat sosial
4.Kelayakan ekonomi

A.Kelestarian lingkungan
Bentuk perkotaan yang berkelanjutan yang memiliki kelestarian lingkungan harus memberikan ruang terbuka hijau untuk:
- Mengurangi suhu udara, karena shading surya
- Jadilah radiasi gratis ke langit malam
- Memperbaiki derajat kenyamanan
- Mengurangi polusi perkotaan dan kebisingan (Tryvainen, 1997)
- Memperbanyak unsur lanscape (30%)
 Manfaat ekologi disarankan untuk ruang terbuka hijau meliputi:
1.Penyediaan ekosistem /jasa lingkungan dengan konsekuensi bagi beragam isu seperti    pengendalian banjir, pengelolaan sampah, dan pengendalian hama (Bolund dan  hunhammar,1999,Attwell 2000:Pauleit dan duhme,2000)
2. Penyediaan habitat keanekaragaman hayati (Gilbert, 1989: Savard et al, 2000: Kinzing dan Grove 2001)
3. Kesadaran tentang isu-isu lingkungan di antara pengguna (Cannon, 1999: Savard et al     2000).
Manfaat sosial akses ke ruang terbuka hijau mencakup berbagai kualitas dimensi kehidupan termasuk:
1. Meningkatkan kesehatan manusia dan kesejahteraan (Ulrich, 1981: Ulrich et al, 1991:Parsons et al, 1998)
2. Peluang untuk interaksi sosial dan kegiatan kelompok dan kemungkinan penurunan
kejahatan (whyte, 1997: Skjaeveland dan Garling, 1997: Trinsley et al, 2002)
3. Perasaan penguatan lampiran lingkungan dan daerah
masyarakat (Bonaiuto et al, 1999: Langdon, 1994)
4. Promosi kebanggaan warga
(Duany dan plater-Zyberk, 1992)
5. Memberikan kesempatan untuk
berhubungan dengan alam (Burgess dkk, 1988).

B.Transportasi
Bentuk perkotaan berkelanjutan dapat mengurangi kebutuhan untuk perjalanan panjang dan memberikan akses yang lebih aman dan lebih mudah untuk fasilitas yang lebih kompak,dan  kepadatan lebih tinggi.
Manfaat dari bentuk perkotaan  ini adalah antara lain menyatakan:
- Untuk mengurangi penggunaan mobil, dan mendorong pergeseran ke arah mode yang lebih berkelanjutan perjalanan, seperti berjalan kaki, bersepeda, dan melalui peningkatan penggunaan angkutan umum.
- Namun, transportasi yang menguntungkan orang dapat mengubah perilaku perjalanan mereka.
- Hubungan antara bentuk perkotaan dan perilaku perjalanan diidentifikasi, oleh Berguna (1996) dan Badoe dan Miller (2000).
Menurut Handy (1996) menemukan bahwa penduduk di lingkungan tradisional, ditandai dengan densitas yang lebih tinggi, aksesibilitas yang lebih baik dan pejalan kaki dan menurut Friedly desain dipamerkan perilaku perjalanan lebih berkelanjutan daripada penduduk lingkungan dengan kepadatan rendah, aksesibilitas masyarakat miskin dan desain area pejalan kaki.

C.Manfaat Sosial
Mengenai pengaruh kota terhadap keberlanjutan sosial yang kompleks dapat menangani masalah-masalah dari kedua kualitas hidup dan keadilan sosial.Contoh Typical block merupakan Densitas yang lebih tinggi dan dicampur menggunakan bentuk perkotaan akan memimpin sebuah kualitas hidup yang lebih baik karena lebih banyak interaksi sosial, semangat masyarakat dan vitalitas budaya (Rudlin dan Falk, 1999),karena kedekatan untuk bekerja, toko-toko dan fasilitas sosial, pendidikan dan rekreasi dasar (perkotaan Task Force 1999).Memiliki berbagai kegunaan dan cara untuk mengaksesnya dekatnya juga dilihat sebagai kunci untuk mencapai keadilan sosial terutama masyarakat yang mungkin tidak memiliki sumber daya /tidak memiliki mobil (perkotaan Task Force 1999)
 Sejumlah data yang positif menghubungkan bentuk kota kompak untuk keadilan sosial
- Akses yang lebih baik ke fasilitas dan pekerjaan
- Lebih baik peluang angkutan umum untuk berjalan dan bersepeda
- Tingkat lebih rendah dari segregasi sosial
- Kurang kejahatan (Burton 2000)
- Lebih sosial
- Interaksi dan vitalitas (Williams, 2000)
Menurut  (Burton, 2000) bahwa bentuk kota kompak menyebabkan dampak negatif terhadap keadilan sosial.
- Acces miskin untuk ruang hijau
- Kesehatan miskin
- Mengurangi ruang hidup
- Kurang perumahan yang terjangkau
Menrut (Williams 2000) bahwa bentuk kota kompak menyebabkan dampak negatif terhadap keadilan sosial.
- Ketegangan sosial
- Kejahatan atau takut kejahatan
- Bad tetangga
Isu-isu lain dari equty perkotaan dan sosial kompak
-
aksestabilitas yang tinggal di perkotaan seperti bentuk (Jenks 2000)
- Sebuah kapasitas sosial di luar lingkungan yang mulai tidak berkelanjutan (Williams et al 1999)
-
sikap seseorang  sejauh mana, mereka mungkin ingin tinggal di lingkungan yang lebih 'kompak' (Jenks dan jones Eds 2010)
D.Kelayakan ekonomi                              
Bentuk kepadatan penduduk mendukung penyediaan layanan lokal yang lebih beragam, dengan membuat bisnis lokal dan unit yang lebih layak, sekaligus memperkuat rantai pasokan lokal.
Kepadatan tinggi digunakan daerah pusat untuk mendorong lebih banyak interaksi dan jaringan yang mempromosikan inovasi dan kreativitas karenanya pertumbuhan endogeneous besar termasuk pembentukan 'cluster' ekonomi
Konsolidasi Perkotaan mengurangi biaya melalui skala infranstructure dan ekonomi jaringan dan penggunaan kembali kapasitas yang ada, sementara meningkatkan nilai tanah dan sebagainya membuat pembangunan yang lebih layak, sehingga memperkuat strategi spasial.
M. Jenks dan C.Jones melakukan Penelitian bahwa jangkauan dan kualitas layanan lokal cenderung lebih besar di daerah kepadatan tinggi, terutama dipusat, tapi tren ekonomi dan teknologi dari beberapa sektor masih mengarah ke rasionalisasi menjadi unit learge, yang dapat mencari non-lokasi pusat.



Referensi: http:www.slideshare.net/fahmyatauhid